Rahim Pengganti

Bab 15 "Menunggu"



Bab 15 "Menunggu"

0Cukup lama, Carissa memandangi sang suami, pelukan yang diberikan oleh Bian benar benar sangat nyaman membuat wanita itu rasanya tidak mau melepaskannya.     

"Udah selesai menatapnya?" tanya Bian.     

Caca terdiam, wanita itu tidak tahu jika suaminya itu sudha terbangun, sejak kapan. Rasanya Caca malu, seolah dirinya ditangkap basah sedang melakukan sesuatu.     

"Morning istriku," ucap Bian.     

Caca terdiam, wanita itu menatap ke arah Bian yang begitu manis hari ini. Bian mendekatkan dirinya ke arah Caca, dan mulai melumat bibir manis itu, bibir yang begitu canduh untuknya. Bibir yang benar-benar membuat Bian, tidak bisa berada jauh dari Caca.     

***     

Senyum itu mengembang tidak ada hentinya, keduanya keluar dari dalam kamar. Bian sengaja tidak masuk kantor hari ini, Mama Ratih yang sedang duduk di mej makan menatap ke arah mereka berdua. Senyum juga mengembang dibibir wanita paruh baya itu.     

"Selamat pagi Ma," sapa keduanya.     

"Pagi Sayang," jawab Mama Ratih.     

Mereka bertiga pun makan dengan lahap, Siska sudah berangkat ke kampus. Dengan telaten, Caca melayani suaminya itu. Sarapan lagi ini sangat berbeda, banyak kebahagian di wajah mereka masing-masing hal itu membuat, Mama Ratih sangat bahagia.     

"Jadi gimana kalian jadi pindah?" tanya Mama Ratih.     

"Jadi Ma. Hari ini kita akan ke sana," jawab Bian. Caca menoleh ke arah suaminya itu, wanita itu tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh suami dan mertuanya.     

"Kamu kenapa Nak? Kok terlihat bingung seperti itu," ucap Mama Ratih.     

"Astaga Sayang, maaf Mas lupa memberitahukan sama kamu. Kita akan ke rumah kita yang baru, kamu mau kan?" tanya Bian.     

Pria itu terlalu asyik menikmati kebersamaan mereka tadi, di dalam kamar hingga lupa akan hal yang harus dirinya ingat. Caca hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, perempuan itu tidak tahu harus berkata seperti apa. Yang dirinya tahu adalah, mereka berdua akan pindah ke rumah baru.     

***     

Setelah selesai sarapan bersama mertuanya, Caca langsung membereskan beberapa pakaiannya. Wanita itu membawa semuanya dan menyusun dengan rapi.     

Sedangkan Bian sedang berada di ruang kerja yang dulu sering digunakan oleh mertuanya. Senyum manis di bibir Caca, tidak pernah luntur. Wanita itu selalu menampilkan kebahagiaan, Caca bahagia bisa bersama dengan Bian yang ternyata betul berbeda dengan biasanya.     

Setelah selesai, Caca beranjak dari tempatnya dan menemui sang suami, yang masih berada di ruang kerja.     

"Mas!!" panggil Caca.     

Bian menoleh, terlihat jelas dari raut wajahnya terkejut dengan kehadiran Caca. Namun, pria itu segera menetralkan ekspresi nya dan kembaki tersebut ke arah Caca.     

"Sudah siap?" tanya Bian. Carissa hanya mengangukkan kepalanya, keduanya pun berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut, sebelum turun Bian sudah membawa beberapa barang sang istri.     

Di lantai bawa, sudah ada Aidan dan Mama Ratih. Bian dan Caca mulai pamit kepada keduanya, Caca sedikit tidak nyaman dengan tatapan mata yang diberikan oleh Aidan. Namun, gadis itu tetap berusaha terbaik didepan semuanya.     

"Sering-sering main ke sini ya Nak. Mama pasti rindu kamu," ujar Mama Ratih.     

"Iya Ma pasti," jawab Caca.     

Cukup ada drama sebelum Caca dan Bian pergi. Namun, hal itu hanya sebentar terjadi. Keduanya pun segera masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Bian. Sepanjang jalan tidak ada perbincangan serius, hanya beberapa penggal percakapan yang mereka bahas.     

Tiga puluh lima menit berlalu, Bian dan Caca sudah sampai di depan rumah baru mereka. Decak kagum, terlihat jelas diwajah Caca. Bian tak pernah lepas mengenggam lengan sang istri. Keduanya masuk ke dalam rumah tersebut, ternyata di dalam sana ada dua pembantu rumah tangga.     

Bian menjelaskan bahwa mereka hanya datang satu Minggu sekali, untuk membersihkan rumah sebelum keduanya tinggal di sini.     

"Kamu istirahat aja dulu," ucap Bian.     

"Terus Mas Bian mau kemana?" tanya Caca.     

"Saya mau keluar sebentar, nanti sore saya pulang. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," ucap Bian. Sebelum pergi pria itu tak lupa mengecup dahi istrinya, hal itu membuat jantung Caca berdetak sangat cepat.     

Carissa mengantar, sang suami ke depan setelah melihat mobil Bian berjalan menjauh, Caca baru masuk dan membersihkan dirinya.     

***     

Dilain tempat, dua orang manusia berlainan jenis sedang beradu bibir, keduanya saling melumat satu dengan lainnya mengecap dengan penuh nafsu.     

Terlihat jelas gelora api, di mata mereka masing-masing. Bibir sang pria sudah berjalan di leher wanitanya, bahkan jejak jejak cinta sudah terukir dengan jelas di sana.     

Desahan yang keluar dari mulut sang wanita semakin membuat pria itu bergairah. "I want you Sayang," ucap pria itu dengan penuh penekanan.     

"Miliki aku Sayang," jawabnya.     

Keduanya saling memberikan kepuasan satu dengan lainnya, suara desahan keduanya semakin memacu napsu diantara mereka, AC yang ada di dalam kamar seolah mati akibat pertarungan yang begitu dalam dilakukan oleh keduanya.     

Suara ranjang yang bergoyang, memberikan tanda bahwa keduanya masih saling memberikan kehangatan satu dengan lainnya. Hingga keduanya sampai pada puncak kenikmatan, dimana napas yang masih tersengal-sengal terlihat jelas.     

"Kamu memang luar biasa Della."     

"Della selalu memuaskan Sayang, kamu laki-laki terbaik. Bian tidak pernah bisa seperti kamu," ucapnya.     

Pria itu kembali membelai bibir Della, siapa yang tidak tergoda dengan tubuh Della yang begitu seksi, itulah yang membuat Bian juga jatuh kedalam pesona seorang Della. Namun, Della bukan tipe wanita yang setia. Baginya fantasi liar dengan para laki-laki membuat Della semakin bahagia.     

"Loe pernah mikir gak, kalau Bian tahu apa yang sudah kita lakukan bahkan hampir dua tahun ini?" tanya pria itu.     

Keduanya saat ini, berada di dalam selimut yang sama dengan Della menghisap rokok ditangannya, sedangkan sang pria sibuk membelai rambut Della.     

"Tidak akan pernah tahu, kita bermain dengan sangat rapi Sayang. Biarkan lah toh sekarang sudah ada Carissa, biarkan Mas Bian menikmati istri keduanya itu supaya bisa segera hamil. Setelah dia hamil, maka kita akan bisa menguasai semua harta milik Bian."     

"Kamu memang luar biasa sayang. Tapi apakah kamu tidak cemburu dengan wanita itu, Bian tidur dengannya bisa saja nanti Bian berpalinh dari kamu," pancing pria itu.     

"Ha ha ha, tidak akan pernah mungkin. Mas Bian hanya akan terpuaskan dengan aku, kamu tahu bagaimana Bian bisa bermain, sedang Carissa tidak akan sanggup melakukannya. Hanya aku Della Puspita yang bisa memuaskan kalian semua," ucap Della dengan bangganya.     

Pria itu menarik dagu Della, lalu menyatukan bibir mereka. Mengulang apa yang sudah terjadi sebelumnya, kegiatan yang begitu asyik keduanya lakukan tanpa tahu akibat apa yang mereka terima jika semuanya terbonkar.     

***     

Malam harinya, Caca sudah memasak dengan sangat enak untuk suaminya. Ini merupakan pengalama pertama untuk Caca, wanita itu sibuk menunggu sang suami yang belum juga pulang. Terakhir Bian menghubungi bahwa dirinya akan pulang pukul 17.00 namun, saat ini sudah pukul 19.00.     

Caca berusaha berpikir positif, tidak mungkin suaminya itu berbohong. Sembari menunggu kedatangan sang suami, Caca kembali menghangatkan sayuran yang dirinya masak.     

Semua isi kulkas ternyata sudah diisi oleh dua orang yang ditugaskan oleh Bian, bosan menunggu Caca masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil handphone nya.     

"Mas Bian kemana sih, udah malam kok belum pulang," gumam Caca.     

Berulang kali Caca berusaha menelpon dan mengirimkan pesan kepada suaminya itu namun, belum juga ada respon oleh suaminya. Hingga sebuah pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya, membuat Caca terdiam dan menutup mulutnya kaget.     

"M-mas Bian," ucapnya dengan air mata yang mengalir.     

##     

Hallo, maaf terlambat up. Semoga kalian tetap suka ya, sehat selalu. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.